18 Tahun yang Lalu


Assalamu'alaykum..:D

Bismillah. Sebelum memulakan aktivitas tulis-menulis ini saya nak sapa-sapa dulu para pembaca yang budiman. Sudah lama sekali ya tidak bersua di blog ini. Maklumlah saya tengah sibuk mempersiapkan proyek besar yang In sya'a Allah untuk kebaikan (mohon doanya ya). Tapi, saya belum bisa cerita-cerita banyak tentang "proyek besar" itu, kalau sudah rampung saya akan bagi ceritanya untuk saudara-saudara sekalian. Jadi, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya untuk para sahabat dan handai taulan yang menanti-nanti tulisan saya (*mudah-mudahan memang ada yang menanti hehe, sekedar mengintip ke blog ini juga udah alhamdulillah deh. hehe).

Saya sudah rindu sekali ingin menulis kembali di blog ini. Kegiatan menulis itu sungguh membuat saya jatuh cinta. Beneran deh. Oh ya, membaca tulisan orang lainpun bisa membuat saya jatuh cinta padanya. HEHE. Jadi berhati-hatilah anda yang tulisannya bagus apalagi kalau tulisannya itu sampai saya beri komentar. Berarti saya sudah mulai menunjukkan rasa CINTA. (Hehe jangan ge'er ya. Saya jatuh cinta pada TULISANNYA bukan pada orang yang MENULISnya. hehe)
Kalau sudah menulis saya akan lupa segalanya termasuk lupa dengan kerisauan saya akan listrik yang padam.  Ternyata di pulau tempat tinggal saya yang terkenal dengan keindahan pantainya (beneran lho  gak bohong, teman saya si anak BALI yang sudah sering menikmati keindahan pantai di pulau BALI ingin mengunjungi pulau saya ini karena pantai di pulau saya gak kalah cantik sama pantai yang ada di BALI ^_^) sudah 2 hari merasakan pemadaman listrik. Sebelumnya pemadaman listrik sering sekali terjadi tapi hanya sekitar 2-3jam saja. Otomatis seluruh masyarakat menjadi risau karena aktivias sehari-hari agak terganggu dengan kondisi ini. Dari informasi yang saya dengar, beberapa hari yang lalu, masyarakat mengadakan demo di kantor PLN gara-gara pemadaman listrik selama berhari-hari. Tapi, sungguh saudara-saudara. Saya berusaha untuk tidak mengeluh akan kondisi ini. Karena masih banyak orang di luar sana yang memiliki masalah yang lebih berat dari kondisi ini. Ya kan? misalnya kondisi saudara-saudaraku di Riau yang tertimpa musibah kabut asap (semoga Allah melindungi mereka termasuk sahabatku Sri Lestari dan keluarga) atau mungkin misteri hilangnya pesawat Malaysia Airlines yang membuat para keluarga risau karena hilangnya pesawat sudah hampir 2 minggu lamanya. Saya yakin semua yang terjadi pasti ada hikmahnya. Mungkin Allah sedang mengajari kami arti dari BERSYUKUR.

Nah, ngomong-ngomong soal lampu padam, karena sudah terlalu sering bahkan hampir menyamai rekor aturan minum obat yang 3 kali sehari, banyak warga di pulau ini yang berbondong-bondong membeli GENSET. (anda pasti tahulah apa itu G-E-N-S-E-T). Hampir setiap rumah memilikinya. Bahkan para pedagang dan pengusaha yang mengandalkan tenaga listrik dalam menjalankan usahanya, menggunakan jasa mesin GENSET ini. Maka, di pulau saya GENSET menjadi primadona, kehadirannya bagaikan SUPERHERO. Tetapi, di balik hadirnya GENSET yang menerangi pulau saya di malam hari, terjadilah sebuah tragedi yang membuat seisi rumah menjadi heboh. Saya yang sedang asyik membaca buku "ORANGTUANYA MANUSIA" buru-buru menutup buku itu dan bersegera mencari kunci motor. Ibu saya yang tengah menikmati makan malamnya segera meninggalkan makanannya begitu saja. Dan kami berdua pun segera meluncur ke TKP.

Apa sebenarnya yang terjadi?

Terjadi kebakaran saudara-saudara!
Dan anda tahu apa yang membuat seisi rumah menjadi heboh terutama ibu saya? Karena lokasi kejadian berdekatan dengan rumah kakak dari ibu saya. Ibu saya langsung panik dan segera menghubungi kakaknya. Detik berlalu. Telpon ibu saya tidak juga diangkat. Ibu saya kian panik. Akhirnya terdengar suara di ujung telpon. Saya yang masih membaca buku mendengar suara di ujung telpon itu sangat panik, suara sirine pemadam kebakaran pun terdengar meraung-raung. "Rumah siapa yang terbakar?" Ibu saya mencoba menanyakan kondisi di sana. Suara di ujung telpon tidak terdengar jelas. Tak lama percakapan di telpon itu selesai.
Ibu saya malah semakin panik setelah menelpon kakaknya. Akhirnya saya memutuskan untuk "Ayo, kita langsung ke TKP" agar tidak terjadi kepanikan yang membuat Ibu saya stress dan saya pun ikut stress melihat ibu saya yang panik.

Singkat cerita, tibalah kami di lokasi kejadian. Begitu banyak orang-orang yang menonton seolah-olah kebakaran itu sebuah tontonan gratis di malam itu. Alhamdulillah rumah kakak ibu saya masih jauh dari lokasi kejadian, berjarak 8 rumah. Saya mencoba mendekati lokasi kejadian. Berusaha lebih dekat agar bisa melihat dan mendapatkan informasi. Api masih berkobar-kobar dan sudah menjalar ke rumah tetangga. Ternyata masih ada anggota keluarga yang terjebak di dalam rumah. Dari informasi yang saya terima, korban adalah seorang anak perempuan  berusia 5 tahun. Sempitnya akses masuk dan kobaran api yang kian besar menyulitkan petugas pemadam kebakaran untuk menyelamatkan korban. Sekitar pukul 22.00 WIB akhirnya petugas kebakaran mampu memadamkan api yang telah melahap 2 rumah. Anak perempuan tersebut berhasil dievakuasi oleh petugas yang dibantu beberapa warga. Namun nyawanya tak terselamatkan. :(
Beliau ketika itu sedang tertidur di kamar yang terletak di lantai 2 rumahnya. Malam itu memang lampu sedang padam. Ayah beliau yang juga memiliki usaha "WARNET" menghidupkan si GENSET yang selama ini adalah SUPERHERO yang menerangi rumah dan usaha beliau. Tapi, entah mengapa si GENSET tiba-tiba meledaaaak!!!! Duuaaaaaar!!!!
Si ayah berusaha menggendong putrinya namun terlepas dari pelukannya karena tiba-tiba ada lemari yang menghantam beliau. Si ayah malah berlari menuju sumber api berupaya memadamkan api, namun api terlanjur membesar. Ia tak sempat menyelamatkan putrinya yang terjebak dalam kobaran api. Ibu dari anak tersebut pun akhirnya pingsan.
Saya sedih mendengar kejadian itu. saya teringat dengan kejadian 18 tahun yang lalu... Ketika itu saya masih duduk di kelas 1 sekolah dasar. Hari itu hari sabtu. Ibu saya hendak pergi menjenguk tetangga kami yang baru saja melahirkan anak ke-4 nya di rumah sakit. Ibu mengajak serta saya dan abang saya, sementara Ayah saya ketika itu hendak pergi kuliah. Jam dinding sudah menunjukkan pukul 1 siang. Ayah saya yang akan masuk kuliah, harus mengantarkan kami dulu ke rumah sakit. Karena terburu-buru, ibu saya melupakan sesuatu, sesuatu yang nantinya akan menjadi bencana buat kami.
Sesampainya di rumah sakit, saya yang masih kecil ketika itu, langsung bermain-main dengan anak tetangga saya yang sebaya dengan saya. Kami berlari-lari di sepanjang koridor rumah sakit (maklumlah masih anak-anak) hingga akhirnya tak sadar kami sudah terlalu jauh dari ruang inap si Ibu, tetangga saya itu. Saya tak tahu ternyata ibu saya mencari-cari kami. Dengan wajah panik, ibu saya langsung  menggenggam tangan saya dan berkata "Kita harus segera pulang, rumah kita kebakaran". Saya yang masih kecil ketika itu menurut saja, tidak banyak bertanya. Saya hanya berjalan mengikuti ibu, sesekali melihat raut wajahnya yang panik.
Tinggal beberapa meter dari rumah, saya sudah bisa melihat asap hitam yang menebal, membumbung tinggi di angkasa. Asap hitamnya membuat saya ketakutan. Setibanya di gang rumah, saya menyaksikan ramainya orang yang berdiri di depan rumah kami. Beberapa dari mereka memegang ember berisi air dan berusaha memadamkan api.  Saya dan Ibu mencoba menerobos kerumunan orang. Pemandangan yang tampak adalah rumah kami yang mungil yang dibangun dengan jerih payah orangtua saya telah hangus terbakar. Tak jelas lagi, mana pintu dan jendela, mana atap, mana dinding. Semua telah hangus terbakar. Yang tersisanya hanyalah baju di badan.
Saya menangis. Ibu saya terduduk lemas. Ayah saya juga baru pulang pun terdiam.
Saya melihat ada ketegaran di wajah ibu saya. Beliau menangis tapi tidak meraung-raung. Sumber penyebab kebakaran adalah setrika yang lupa dimatikan oleh ibu saya. Orang di sekeliling menyabarkan ibu saya. Ibu saya hanya berkata "Iya, semua sudah takdir dari Allah."
Sungguh ketika itu, keluarga kami sedang diuji oleh Allah. Namun, hadiah dari ujian itu sudah kami terima pula dari Allah.
Kala mengenang kebakaran itu, Ibu saya selalu berkata "Allah memberi ujian untuk kita, tapi sekarang lihatlah apa yang diberikan Allah untuk kita karena kita sabar menghadapi cobaannya."
Saya tersenyum. Allah itu Maha Penyayang. Dulu, Allah ambil sedikit titipanNya dari kami, sekarang Allah beri banyak untuk kami.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. 30 Mei 1996 menjadi saksi betapa sayangnya Allah pada keluarga kami. :)
Terimakasih Allah.

Nias, 22 Maret 2014



No comments on "18 Tahun yang Lalu"

Leave a Reply

Terimakasih telah membaca, semoga bermanfaat dan menginspirasi. Silahkan tinggalkan jejak anda di sini :D