Ukhuwah Undercover




“Dan janganlah kamu katakan ter­hadap orang yang terbunuh di jalan Allah bahwa mereka mati. Bahkan mereka hidup, akan tetapi kamu tidak menyadarinya 
(QS. Al-Baqarah : 154)”


“Engkau menuntut balas atas kematian Utsman?” tanya Imam Ali r.a. menanggapi jawaban Zubair. “Allah mengutuk orang yg membunuhnya! Hai Zubair engkau kuingatkan. Ingat­kah dahulu ketika engkau berjalan bersama Rasul Allah s.a.w. ­waktu itu beliau bertopang pada tanganmu melewati aku ke­mudian beliau tersenyum padaku lalu menoleh kepadamu sambil berkata: “Hai Zubair engkau kelak akan memerangi Ali secara dzalim!”

“Oh ya” jawab Zubair setelah beberapa saat mengingat-­ingat.
“Mengapa engkau sekarang memerangi aku?” tanya Imam Ali r.a. pula.
“Demi Allah” sahut Zubair “aku lupa. Seandainya aku ingat aku tidak akan keluar utk memerangimu.”

Selesai mengucapkan kata-kata itu Zubair cepat-cepat ke­luar meninggalkan pasukan dgn air mata membasahi pipi. Tetapi malang bagi Zubair. Salah seorang anggota pasukan Imam Ali yg bernama Ammar bin Jarmuz ketika melihat Zubair ter­pisah dari pasukannya segera diikuti dan kemudian dibunuh.

Kisah-kisah tentang ukhuwah pada dasarnya hanya bercerita tentang 2 hal, yakni cinta dan kerja. Dua hal ini adalah sahabat yang tidak dapat dipisahkan sebagai syarat ukhuwah. Cinta yang dibangun tanpa semangat membangun dalam kerja itu cinta kosong. Sedangkan Kerja yang dibangun tanpa cinta itu sebuah kehampaan. Maka dengan benih-benih cinta dan kerja itulah yang menumbuhkan kuncup ukhuwah. Para perindu sering menyebutnya dengan kata harmoni. 

Hampir keseluruhan cerita-cerita tentang ukhuwah itu indah. Indahnya ukhuwah dalam kacamata para pecintanya tak sama dengan pandangan-pandangan para pengamat. Ukhuwah yang indah bukan tak pernah menemukan titik getirnya pertemuan, hati yang terluka, pandangan yang sinis, raga yang tercabik, dan kata-kata yang menyakitkan. Tak jarang jua para pecinta itu rela terkorban seluruh jiwa raganya demi tegaknya kehormatan ukhuwah. Mungkin benar kata para pecinta bahwa cinta itu harus berkorban, sebab cinta murni syarat ukhuwah.

Namun ada hal lain yang terkadang terlupakan oleh para pecintanya. Bahwasanya ukhuwah itu punya dimensi waktu. Dan waktu itu berhubungan erat dengan kerja. Oleh karena itu, biasanya cerita tentang kasih sayang orang tua terhadap anak atau sebaliknya lebih langgeng. Karena mereka hanya punya satu kerja di dalamnya, yakni kerja-kerja cinta. Maka cinta ditambah cinta maka akan terbentuklah kesempurnaan ukhuwah itu. Akan sedikit berbeda dengan mereka-mereka yang tergabung dalam tim-tim kerja. Sebab biasanya tim-tim kerja itu punya dimensi waktu yang membatasi pola-pola lingkaran kerja tersebut. Maka para pecinta ukhuwah itu harus belajar tentang waktu. Sebab waktu itu hanyalah kepingan-kepingan masa yang sedang menunggu.

Kisah di atas memberikan gambaran kepada kita tentang ukhuwah dan waktu. Mungkin ceritanya bisa berbeda ketika pada saat dialog tersebut Rasulullah saw. masih hidup ditengah-tengah mereka dan masih menjadi pemegang tim kerja dakwah. Sebab masanya tlah berbeda dan kondisi para rijalnya juga sudah banyak berubah maka kualitas ukhuwahnya juga tlah berubah. Ada kalanya mungkin bisa semakin menguat, atau sebaliknya malah semakin memudar. Saat ketika Ali bin abi thalib ra. Mengingatkan Zubair bin awwam tentang peristiwa pada hari itu yang tlah diperingatkan oleh Rasulullah saw. sebelum meninggal, zubair baru teringat dan kemudian mengucurkan air matanya. Mungkin ia teringat tentang kisah masa lalunya saat berjihad bersama Rasulullah dan Ali bin abi thalib ra. Yang berada di depannya saat itu. Dan ukhuwah pun tlah terbingkai, tidak ada yang bisa dilukiskan kembali, hanya bisa mengenang dan memaknainya kembali.


Sejarah terus berulang, kisah-kisah tentang para aktivis dakwah masa kini juga mengalami nasib yang sama seperti sejarah filosofisnya. Cerita ini mungkin akan mengingatkan kita kembali tentang hakikat pertemuan, bahwasanya setiap pertemuan akan ada perpisahan. Dan kesemuanya itu akan mengembalikan kita pada satu titik dimana persaudaraan itu merupakan nikmat terindah yang Allah swt. titipkan kepada kita.

Ukhuwah itu memang indah. Kenangan dan memorinya sangat mengguncang jiwa. Bahkan bilal bin rabbah, sang muazin umat ini pun tak kuasa untuk menjadi juru azan sepeninggal Rasulullah saw. sebab setiap mengucapkan kalimat asyhadu anna muhammad rasulullah Beliau tak sanggup menahan air matanya. Pun banyak kisah-kisah lain tentang ukhuwah dan kenangan, dan hampir keseluruhan realita kisah itu lebih mahal daripada tulisan yang menggambarkannya.Setelah kita menyadari bahwasanya ada dimensi waktu yang mengitari lingkaran ukhuwah ini, maka kita juga harus menyadari di mana realita ukhuwah ini hadir. Ternyata realitas ukhuwah ini hadir di dunia dengan dimensi waktu yang tipis. Oleh karena itu, pupuklah ukhuwah ini hingga dapat dinikmati di syurga nanti yang memiliki dimensi waktu yang panjang dan waktu yang berjalan itu sesuai dengan keinginan kita. Dan tanamkanlah ukhuwah di dunia ini sebagai bekal untuk ke-Syurga Allah swt.

Terakhir, dalam kehidupan dunia ini, siapkanlah bingkai-bingkai kecil kehidupan kita. Kemudian lukislah seindah mungkin dengan goresan dan warna yang terindah di setiap fase yang hadir. Jangan biarkan banyak waktu kita habis untuk mengenang bingkai-bingkai yang telah lalu. Terutama lukisan-lukisan kesedihan. Sebab kesedihan akan membawa kelemahan, kelemahan akan membawa ketidakmampuan, dan ketidakmampuan akan membawa kita pada titik nol kembali. So, move on.

You went so soon so soon...
You left so soon so soon...
I have to move on cause i know it’s been too long...
(Maher zein - so soon)


By : IPS

2 comments on "Ukhuwah Undercover"

  1. Keren banget kak :)
    kayaknya menarik kalo kita bikin tulisan bersama :D

    ReplyDelete
  2. Ya ampun, ada yang koment.
    iya bi bagus, soalnya bukan kk yang bulis ini. :)

    ReplyDelete

Terimakasih telah membaca, semoga bermanfaat dan menginspirasi. Silahkan tinggalkan jejak anda di sini :D