Rinai Hujan di Puncak Sibayak



"Dialah Allah Yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendakiNya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal, lalu kamu lihat air hujan keluar dari celah-celahnya maka, apabila hujan itu turun mengenai hamba-hambaNya yang dikehendakiNya, tiba-tiba mereka menjadi gembira" (Al Qur'an, 30:48)


H u j a n. Selalu saja romantis :)
Setiap tetesannya memintal rindu yang bertumpuk harap.
Seperti kerinduan bumi mengharap rintiknya turun memberi kesejukan.
Seperti kerinduan pohon mengharap rinainya menghadiahkan sumber kehidupan.
Seperti kerinduan alam mengharap dendangan syahdu yang terlantun di setiap rintiknya.
Seperti kerinduan hamba mengharap kasih Tuhannya.

Pernahkah suatu masa terbersit dalam pikiran bahwa hujan membawa pesan dari Tuhan? Pesan cinta berhias rahmat tercurah deras dari langit untuk makhlukNya. Oh, betapa romantis Allah menunjukkan cintaNya kepada kita. Maka, patutlah setiap tetesnya adalah kesyukuran. 

“Allahumma shoyyiban nafi’an”
Ya Allah, Jadikanlah hujan ini sebagai hujan yang bermanfaat

Pernahkah suatu kali anda memandang hujan? Sesekali cobalah berdiri di bawah hujan. Akan hadir sebuah rasa yang tak biasa terpancar mekar dari relung jiwa. Seperti yang saya alami kemarin sore di penghujung senja. Seusai syuro sore itu, hujan datang menyapa bumi dan penghuninya. Menyejukkan, menenangkan. Rintiknya yang semula malu-malu turun dari balik awan semakin lama semakin mengucur dengan derasnya. Saya mencoba mempercepat laju kenderaan, berharap bisa sampai di rumah dengan selamat tanpa basah kuyup karena pasalnya saya tak membawa mantel, hanya memakai jaket.

Namun hujan semakin deras, akhirnya setelah menimbang, mengingat dan memperhatikan kesehatan saya yang sedang melemah maka saya memutuskan untuk berteduh. :)
Ada beberapa orang yang sudah berteduh lebih dulu, alhamdulillah masih ada ruang untuk saya ikut berteduh menunggu rintik-rintik hujan mereda. Menunggu di bawah hujan, mengingatkan saya akan sebuah moment indah yang sangat romantis. :)

Berada di puncak sibayak bersama keluarga besar Ukmi Ad-dakwah dan teman-teman lembaga dakwah fakultas se-USU. Awal bulan Juni di tahun 2011. Ya saya masih mengingat moment indah itu dengan begitu jelas. Mendaki gunung sibayak untuk pertama kali bagi saya adalah sesuatu yang luaar biasaa! Bertambah lengkap kebahagiaan ini karena ini merupakan salah satu program kerja dari departemen saya. Dengan alasan yang cukup logis ketika itu, mengadakan kegiatan yang mempererat kebersamaan di antara kader dakwah se-USU. Alhamdulillah terlaksana dengan baik. :)

Mendaki gunung sibayak dengan cuaca yang cukup dingin, tak menyurutkan langkah kami untuk terus melaju, melesat, menuju puncak sibayak. Sesekali rintik hujan datang menyapa membasuh butiran-butiran peluh. Pendakian ini terasa menyenangkan tanpa keluh kesah karena satu sama lain saling menyemangati dan menguatkan.

Pendakian ini ibarat perjalanan dakwah. Dakwah, dalam perjalanannya akan menemui jalan berbatu, menanjak, berkelok, licin yang membuat pelaku dakwah sesekali tergelincir. Tak ada pilihan lain selain terus mendaki, karena kembali turun adalah sebuah kesia-siaan. Dalam dakwah, pelaku dakwah tidak sendiri. Ada pendaki-pendaki lain yang bersama-sama menuju puncak. Saling menguatkan, saling mengingatkan, saling menyemangati. Dan tentu saja Allah dan para malaikat membersamai setiap langkah dalam dakwah ini.

Sesampainya di puncak, rintik-rintik hujan masih setia menemani kami yang beristirahat melepas lelah selama pendakian. Subhanallah, di atas puncak dengan ketinggian sekitar 2.094 m dari permukaan laut ini kami disuguhkan dengan panorama indah. Bukit-bukit berbatu yang mengelilingi kawah diselimuti gumpalan-gumpalan asap yang berarak malu-malu. Allahu akbar!!

Sebelum mengisi perut yang sudah mulai berdendang, kami duduk mendengarkan taujih singkat dari sang pemateri. Bagi saya, ini sungguh luar biasa! di Atas puncak gunung sibayak untuk pertama kali mendengarkan taujih yang membangun ruhiyah bersama sahabat seperjuangan di jalan dakwah. Sungguh romantis! Dan semakin romantis ketika hujan ikut membersamai kebersamaan kami. :)

Sungguh, inilah perjalanan di bawah hujan yang paling romantis yang pernah saya alami selama hidup saya. Ya, menikmati hujan bersama teman-teman seperjuangan di jalan dakwah.

Terlantunlah doa di bawah rinai hujan di puncak gunung sibayak...

Sesungguhnya Engkau tahu bahwa hati ini telah berhimpun dalam naungan cintaMu
bertemu dalam ketaatan, bersatu dalam dakwah kepadaMu, menegakkan syariatMu.
Kuatkanlah ikatannya, kekalkanlah cintanya, tunjukilah jalan-jalannya, terangilah dengan cahayaMu yang tiada pernah padam 
Lapangkanlah dada kami dengan karunia iman dan indahnya tawakal padaMu 
hidupkan dengan ma'rifatMu matikan dalam syahid di jalan Mu
Engkaulah pelindung dan sebaik-baik penolong.


Hujan. Selalu saja romantis. :)
Mengikat hati seorang hamba pada kerinduan atas Rabbnya.




Mengenang bingkai kehidupan di bawah hujan,
Sibayak, 4 Juni 2011

Terbingkai dalam barisan huruf,
Nias di penghujung senja, 17 Mei 2014

Tersimpan dengan indah dalam ingatan, In sya'a Allah :')

No comments on "Rinai Hujan di Puncak Sibayak"

Leave a Reply

Terimakasih telah membaca, semoga bermanfaat dan menginspirasi. Silahkan tinggalkan jejak anda di sini :D