Puasa adalah Sarana, Taqwa Tujuannya




"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa"
(Al-Baqarah 183)

Alhamdulillah wa syukurillah, semoga Allah memberikan pahala yang berlipat ganda kepada kita setelah kita menjalani ibadah puasa dan menghidupkan malamnya dengan menjalankan shalat tarawih berjama’ah dan tadarus seperti yang dijanjikanNYA dalam sabda rasulullah

“Barangsiapa yang mendekatkan diri kepada Allah dengan kebaikan (amalan sunnah) akan dihitung seperti mengerjakan amalan wajib pada bulan yang lain. Barangsiapa yang mengerjakan amalan wajib akan dihitung seperti orang yang mengerjakan 70 amalan wajib pada bulan lainnya.”

Apa kabar kawan? Puasa kan hari ini? J

Ibadah puasa di bulan suci Ramadahan merupakan sarana bagi kita, umat islam untuk mencapai derajat takwa. Seyogyanya puasa adalah sarana dengan takwa sebagai tujuannya.

Yuk, bersama-sama kita pahami pesan cinta dari Allah dalam surah Al-baqarah ayat 183 tentang puasa. Dalam ayat ini, Allah berfirman...

“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa....”

Mari, kita perluas pemahaman kita tentang ayat ini secara utuh dan menyeluruh. Bila kita hanya memahami ayat ini hanya sampai pada kalimat di atas maka yang terjadi adalah pemaknaan puasa sebagai sebuah kewajiban saja. Pemaknaan ini akan memunculkan sikap dan pernyataan “yang penting saya berpuasa penuh di bulan puasa.” Hal seperti inilah yang seolah-olah menjadikan puasa sebagai tujuan. Sehingga jika telah melaksanakan puasa selama sebulan penuh, segala kewajiban telah selesai.

Padahal, seharusnya kita memaknai puasa sebagai sarana, sedangkan tujuannya adalah La ‘allakum tattaquun, agar menjadi hamba yang semakin bertakwa kepada Allah subhanahu wa ta’ala. 

Puasa sebagai sarana untuk mencapai tujuan takwa telah dicontohkan oleh Rasulullah dan para sahabat. Setiap tahun mereka berpuasa dan setiap tahun pula ketakwaan mereka kepada Allah semakin bertambah dan meningkat dari tahun ke tahun. Setelah berpuasa, persaudaraan dan ikatan kasih sayang di antara mereka semakin kokoh dan kuat. Setelah berpuasa, mereka tinggalkan perbuatan-perbuatan yang diharamkan oleh Allah seperti ketika turunnya ayat khamar yang mengharamkan minuman keras, seketika itu juga kota Madinah digenangi lautan khamar karena berdrum-drum khamar ditumpahkan oleh kaum muslimin. Setelah berpuasa, khususnya para wanita berbondong-bondong memakai jilbab dan menutup aurat karena telah turun ayat tentang hijab. Seketika itu, kota Madinah menjadi lautan jilbab.

Rasulullah dan para sahabat telah menjadi suri teladan yang baik kepada kita bagaimana menjadikan bulan Ramadhan sebagai bulan yang penuh makna, warna dan cita rasa penghambaan serta ketaatan kepada Allah. Rasulullah telah mengajari kita bagaimana menorehkan kenangan manis yang terlukis di bulan Ramadhan yang menjadi madrasah tarbiyah untuk memperbaiki diri menjadi lebih baik, menjadi lebih takwa dari tahun-tahun sebelumnya.

Perintah puasa mulai diwajibkan Allah pada tahun 2 Hijriyah, sedangkan Rasulullah meninggal pada tahun 10 Hijriyah. Berarti hanya 8 kali Rasulullah SAW berjumpa dengan Ramadhan, dalam waktu yang sebentar itu Rasulullah dan para sahabat telah memaknai bulan Ramadhan sebaga bulan pembakar semangat mengamalkan nilai-nilai islam dan penghapus segala dosa. Sementara bila kita renungkan, sudah berapa kali selama hidup hingga sekarang kita bertemu dengan Ramadhan? Sudah seberapa jauhkah ibadah puasa yang kita laksanakan benar-benar melahirkan ketakwaan yang sebenarnya kepada Allah? 

Karena sepanjang hidup kita berkali-kali bertemu dengan ramadhan dan setiap tahun kita melaksanakan ibadah puasa, seyogyanya semakin tahun ketakwaan kita kepada Allah semakin bertambah. Hal ini menandakan bahwa puasa berbekas pada perilaku dan akhlak takwa. Ibadah puasa yang kita laksanakan akan berbekas setelah ramadhan bila kita memulai membaca Al-qur’an dengan semangat dan mempelajarinya sedikit demi sedikit. Ibadah shalat kita akan berbekas setelah Ramadhan apabila kita mulai menjaga dan memelihara shalat fardhu apalagi ditambah dengan membiasakan shalat-shalat sunnah. Tanda bekasnya juga nampak dari kesadaran kita menerapkan nilai-nilai islam dalam kehidupan kita sehari-hari, seperti sedikit demi sedikit menjalankan pergaulan yang islami dan berpakaian yang islami. Jangan sampai ibadah yang telah kita mulai di bulan ramadhan lenyap begitu saja tanpa bekas setelah ramadhan meninggalkan kita.

Semoga ibadah puasa kita tahun ini benar-benar dapat melahirkan ketakwaan yang lebih baik dan meningkat dari tahun-tahun sebelumnya, agar puasa kita tidak hanya sekedar menahan lapar dan dahaga...

“Berapa banyak orang yang berpuasa, namun bagian dari puasa hanyalah lapar dan haus. Juga berapa banyak orang yang shalat namun bagian dari shalatnya hanyalah menghabiskan waktu malamnya saja.” (HR. Ahmad)

Dan semoga setelah ramadhan kita mendapat keampunan dan gelar La ‘allakum tattaquun dari Allah subhanahu wa ta’ala. Aamiin.


Bulan Ramadhan adalah bulan me-loundry dosa dan meraup untung pahala ^_^
Selamat menunaikan ibadah puasa 

#Cahaya surga

(Referensi : Buku 30 Pesan di Bulan Ramadhan ; Drs. M. Said, M. Hum)





No comments on "Puasa adalah Sarana, Taqwa Tujuannya"

Leave a Reply

Terimakasih telah membaca, semoga bermanfaat dan menginspirasi. Silahkan tinggalkan jejak anda di sini :D