Yang Seharusnya Menyembunyi Dari Kita




Nabi SAW bersabda "Beruntunglah orang-orang asing." 
Mereka bertanya, “Rasulullah, siapa orang-orang asing itu?”
Rasulullah menjawab “Mereka yang bertambah keimanan dan ketaqwaannya sementara orang lain berkurang keimanan dan ketaqwaannya.”

Mereka disebut Ghuraba. Mereka berjumlah sedikit di antara manusia yang banyak. Karenanya kita mungkin tidak mengenal mereka. Mereka adalah orang-orang yang sangat tergugah dengan sabda Rasulullah 

"Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaqwa, yang kaya (mencukupkan apa adanya) dan yang beribadah sembunyi-sembunyi."

Tentu saja semasa hidup, mereka bukan orang yang dipandang sebagai manusia hebat, bukan pula orang yang menerima penghargaan karena kebaikan. Itu karena mereka tidak berharap pujian dan penghargaan dunia. Mereka justru memelihara amalnya agar tetap terpelihara dalam ruang-ruang hati mereka dan Allah.

Seperti, Ali bin Husain yang memanggul karung berisi gandum di atas pundaknya di malam hari. Ia membagi-bagikan gandum itu di depan rumah-rumah orang miskin, dan tak ada seorangpun yang tahu. Ia berkata pada dirinya sendiri "Sedekah pada malam yang pekat memadamkan kemurkaan Allah."

Penduduk madinah setiap hari selalu menjumpai kiriman gandum di depan rumah mereka tanpa tahu siapa yang memberinya. Hingga suatu ketika, kiriman makanan itu berhenti setelah Ali bin Husain meninggal. Ketika ia meninggal didapati bekas di pundaknya karena memikul karung pada malam hari ke rumah-rumah orang miskin. Subhanallah. Semoga Allah merahmatinya.

Betapa mulianya sikap Ali bin Husain. Menebar kebaikan tanpa ingin diketahui oleh orang lain. Bekas hitam di pundaknya yang berbicara bahwa dialah orang yang selama ini rajin bersedekah. 

Semoga kita dikaruniakan oleh Allah sebagai orang yang mampu menjaga amal-amal shalih kita dan mampu melindungi dari harapan ingin diketahui oleh orang lain. Ini bukan berarti semua amal-amal shalih harus disembunyikan. Karena sesungguhnya ibadah yang dirahasiakan dan disembunyikan itu untuk memperkaya ruhiyah kita agar lebih kokoh, lebih ikhlas dan lebih tegar. Lillahi Ta'ala. Sehingga tidak mudah terombang-ambing oleh pesona dan gemerlapnya dunia, atau sekedar mendapat pujian dari manusia.

Menyembunyikan amal shalih. Inilah ibrah berharga yang kita dapatkan dari kisah Ali bin Husain. Merahasiakannya agar hanya Allah saja yang tahu karena kita seringkali tertipu oleh keadaan kita sendiri. Kita merasa cukup dengan hanya mendapat pujian dari orang lain, merasa sudah baik hanya karena dianggap sudah baik oleh orang lain. Padahal kita sama sekali tidak tahu bagaimana amal-amal kita yang dipuji itu di hadapan Allah. Apakah Allah menerimanya atau tidak.

Semoga kisah Ali bin Husain ini, melekat kuat di hati kita agar kita tidak lagi dengan sengaja mengumbar amal-amal shalih yang telah kita lakukan pada orang lain ataupun menuliskannya di jejaring sosial yang saat ini sedang marak dilakukan banyak orang.

Sekali lagi, bukan berarti kita tak boleh mempublikasikan kebaikan-kebaikan yang bernilai islam pada orang lain tetapi kembalikan pada niatan kita melakukan hal itu. Apakah memang ingin berdakwah atau ingin dipuji?

Wallahu a'lam Bishawab.


Cahaya Surga, 7 Ramadhan 1435 Hijriah
(Referensi : Buku Mencari Mutiara di Dasar Hati : Mumammad Nursani)
Buku ini recomended buat dibaca! :)

Read More

30 Tulisan Ramadhan By 3 Lebah






Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu'alaykum saudara-saudariku yang dirahmati Allah. Bagaimana kabar puasanya hari ini? Semoga senantiasa semangat menjalankan ibadah di bulan yang suci ini :)

Di bulan suci Ramadhan 1435 Hijriyah kali ini saya dan teman-teman saya yang berhimpun dalam 3 LEBAH ingin menuliskan 30 tulisan di Bulan Ramadhan. Semoga bermanfaat dan memberi kebaikan bagi kita semua :)

Lebah pertama Winni Ramadhani Elistria Tumanggor

    Lebah ketiga Sri Lestar Zhaw
    1. Mari Berjenak Mengepompongkan Jiwa

    Semoga terus bertambah tulisannya :)
    Keep istiqomah 3 lebah :)
    Read More

    Melukis Pelangi di Langit Ramadhan



    Belakangan ini, aku teringat dengan seseorang. Aku yakin ini bukanlah sebuah kebetulan, pastilah ada hikmah dari Allah di setiap kali Ia ingatkan kita pada seseorang atau sesuatu.
    Kuraih laptop mungilku dan sejenak kemudian jemari sudah lincah menari di atas keyboardnya. Ada rindu yang menjelma di sudut hati. Rindu yang kemudian terangkai dalam bait-bait kata. Kuputuskan mengirimkan surat elektronik untuk dia.

     Your message has been sent.

    "Kak, suratnya udah sampai dan udah dibaca. Di tengah kebimbangan dan keterpurukan hati, surat ini hadir menorehkan senyum. Suratnya sampai pada saat yang tepat.  Kok kakak tau sih adek sedang galau?"

    Aku tersenyum. Inilah jawabannya, mengapa Allah menggerakkan pikiran dan hatiku untuk teringat pada seseorang.

    "
    Itu namanya kita satu hati dek, :)"

    "Kak, adek gak seperti yang kakak harapkan :( Adek masih jauh dari kata baik dan belum punya tekad yang kuat untuk melakukan perbaikan :("

    "
    Semoga bulan Ramadhan kali ini menjadi momentum bagi kita untuk memulai kebaikan dan perbaikan dek :)"

    "Hmm, adek punya pacar. Kakak tahu? Sudah 5 tahun kak, sejak SMA. Gimana menurut kakak?"

    Sepertinya aku pernah dengar tentang ini.

    "Menurut adek gimana... :)" 

    "Adek tau kak, ini adalah hal yang sia-sia dan tentulah lebih banyak dosanya. Kadang, adek merasa gak nyaman dengan hubungan ini. Tapi adek belum siap untuk berpisah dengan dia. Waktu 5 tahun itu adalah waktu yang cukup lama. Adek belum bisa menghapus semuanya bila nanti harus berpisah."

    "Alhamdulillah kalau adek merasa bahwa hubungan seperti itu adalah sebuah kesia-siaan. Jadi, tinggal menguatkan tekad saja. Tak usah terlalu takut untuk menghapus kenangan masa lalu, karena masa lalu adalah pelajaran berharga agar sukses mengarungi masa depan. Ambil saja hikmah dari hubungan itu. Bahwa, segala sesuatu yang diawali tanpa ridho Allah, tidak pernah berakhir baik dan tiada kebahagiaan di dalamnya. Pun bila merasa bahagia, itu bukan kebahagiaan yang hakiki selayaknya hubungan yang dihalalkan oleh Allah :)"

    "Ia kak, akan adek pertimbangkan. Trimakasih kak atas nasihatnya. Adek sayang kakak :)"

    Beberapa hari kemudian....

    "Kak, adek dah putus. ini pasti keputusan yang benar kan kak? Tolong nasihati adek selalu kak, agar gak kesepian dan gak ada penyesalan karena udah mutusin dia. Adek takut merindukan dia di waktu-waktu luang adek."

    Aku tak menyangka adik ini memutuskan hubungan itu. Karena mendengar ceritanya, cukup berat bagi dia memutuskan hubungan yang terbilang lama ini. Akupun tak terlalu memaksa karena semua harus hadir dari kesadarannya sendiri.

    "Alhamdulillah semoga Allah menguatkan. waktu-waktu luang adek coba diisi dengan tilawah Al-Qur'an, In sya'a Allah lebih bermakna. Kadang kita perlu melepaskan seseorang agar kita yakin bahwa Allah tak pernah meninggalkan kita sejauh apapun kita telah lari meninggalkanNYA :)"

    Segala puji bagi Allah yang memberi hidayah pada hati yang dikehendakiNya.
    Kuatkan hatimu dek, selamat telah mengukir pelangi di ramadhan kali ini. Pelangi yang engkau lukis setelah  hujan datang menyirami hatimu :)

    #Untuk saudari-saudariku yang masih tenang dan santai tanpa gelisah akan dosa dalam membina hubungan yang tak ada dalilnya sama sekali dalam al-Qur'an bahkan sungguh Allah tak menyukainya, bersegeralah mengetuk dinding jiwa mumpung sekarang bulan Ramadhan. Bulan di mana begitu besar pengampunan dari Allah bagi yang memohon ampun dan bertaubat dengan sebenar-benar taubat kepadaNya.

    kalau kata ustad Felix Shaw "Udah Putusin aja!"

    #tokoh-tokoh dalam cerita ini disamarkan dan alur ceritanya diubah seperlunya demi kebaikan. Yang terpenting ambil hikmahnya saja :D


    Cahaya Surga


    Read More

    Mari Khatamkan Al-Qur’an








    Bismillahirrahmanirrahim...
    Assalamu’alaykum, 

    bagaimana Ramadhan kita hari ini? Semoga diri kita senantiasa berlomba-lomba mengisi tiap detik yang bergulir di bulan yang suci ini dengan berbagai amal shalih.

    Dahulu, waktu saya masih berstatus anak baru di dunia perkuliahan, setiap hari Jum’at siang, mushala fakultas saya selalu melaksanakan acara keputrian. Suatu hari, bertepatan dengan hadirnya ramadhan, keputrian kali itu menjadi oase bagi hati. Pemateri kala itu memulai ceramahnya dengan mengajukan satu pertanyaan yang membelalakkan hati saya “Alhamdulillah kita telah sampai pada hari ke 14 Ramadhan, siapa yang tilawahnya sudah sampai juz 14?”

    Beberapa tangan mengancung, dan bukan saya di antaranya. Betapa malunya saya ketika itu. Bukan karena tidak terlihat oleh orang-orang yang hadir sebagai bagian dari orang-orang yang telah banyak tilawahnya atau malu sama pemateri yang ketika itu saya duduk di sampingnya sehingga ia dengan mudah mengetahui bahwa tilawah saya masih sedikit. Tapi saya malu pada diri saya sendiri, sudah berapa banyak detik-detik, menit-menit, jam-jam, hari-hari ramadhan yang berlalu dan saya dengan santai melalaikannya tanpa menargetkan tilawah di setiap harinya.

    Teringat saya akan Imam syafi’i yang mengkhatamkan al-Qur’an di bulan ramadhan sebanyak 60 kali, kemudian Qatadah yang mengkhatamkannya setiap tiga kali sekali, sementara Al Aswad mengkhatamkannya dua hari sekali. Masya Allah. Ahh, betapa lebih malunya saya bila berbicara tentang mengkhatamkan al-Qur’an dengan waktu terpendek L. Para salafushalih telah menjadikan al-Qur’an sebagai wirid harian di waktu pagi dan malam baik dalam shalat wajib maupun dalam shalat sunnah. Bahkan rasulullah berkata, “Ikatlah Al-Qur-an ini. Demi dzat yang jiwaku berada dalam genggamanNYA, sungguh ia sangat cepat terlepas daripada seekor unta dalam ikatannya.” (HR. Muslim. Salam kepada mereka yang sejak terbitnya fajar hingga berakhirnya malam tetap menyenandungkan ayat-ayat suci penentram hati.

    Pada Ramadhan kali hendaknya kita membawa niat dan tekad “Tiada hari tanpa Al-Qur’an”. Mengisi setiap waktu Ramadhan dengan lantunan ayat suci Al-Qur’an agar Ramadhan tak berlalu begitu saja tanpa arti. 

    Dengan membaca Al-Qur’an, hati menjadi tentram, jwa menjadi tenang dan pikiranpun menjadi terang. Allah telah menjanjikan ganjaran di setiap huruf yang dibaca dengan satu pahala kebajikan.

    Likulli harfin ajrun” 
    Setiap huruf satu pahala.

    Bila kita membaca 5 sampai 10 ayat Al-Qur’an berapa pahala yang kita raih? Bila kita membaca 5-10 halaman, berapa ganjaran pahala yang kita dapat? Lalu, bila kita membaca setengah sampai 1 juz sehari, berapa banyak yang sudah kita kumpulkan? Semoga pahala yang telah dijanjikan Allah menjadi semangat bagi kita agar tidak membiarkan waktu di bulan Ramadhan bergulir begitu saja tanpa membaca Al-Qur’an. Sesungguhnya Allah tidak pernah menyalahi janji.

    Masih banyak lagi bonus-bonus yang diberikan Allah kepada mereka yang gemar membaca Al-Qur’an. Salah satunya, syafa’at Al-Qur’an. Bi idznillah, Al-Qur’an akan menolong orang-orang yang selalu membaca al-Qur’an kelak di yaumil qiyamah. Pada hari itu, manusia-manusia berdesak-desakan di padang mahsyar. Matahari begitu dekat ketika itu sehingga keringat membanjiri. Pada saat itulah Al-Qur’an yang selalu kita lantunkan memberi pertolongannya untuk meringankan beban penderitaan kita di akhirat.

    Bacalah oleh kalian Al-Qur’an karena sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat kelak untuk memberi syafa’at (pertolongan) bagi pembacanya.” (HR. Ahmad)

    Oleh karena itu, mari kawan.. mari kita khatamkan Al-Qur’an di bulan Ramadhan kali ini sesuai dengan kemampuan kita. Semoga Allah memberkahi ^_^ 


    Cahaya Surga
    Pulau Ombo Batu, 4 Ramadhan 1435H



    Read More

    Dipilih Menjadi No. 1 (Perlebahan); Trilogi 3 Lebah

    Produk L'chocolate




    Alhamdulillah trilogi 3 lebah akhirnya rampung sudah. Kali ini disempurnakan oleh lebah pertama mbak Winni Ramadhani Elistria Tumanggor, cMPH :D

    Untuk mendapatkan manisnya cerita Trilogi 3 Lebah silahkan baca yang pertama : 3 Lebah oleh RaFiLa Lebah Kedua, dan Lebah Gelombang ke-3 oleh Sri Lestari Zhaw, si lebah ketiga.

    Tulisan ini juga bisa dibaca di Blognya Lebah pertama
    Selamat membaca, semoga bermanfaat dan menginspirasi
    #CahayaSurga
    ***


    Dipilih Menjadi No 1 (Perlebahan) ; Trilogi 3 Lebah

    Trilogi kisah 3 lebah, akhirnya hadir juga untuk melengkapi... :D

    Seperti yang diketahui sebelumnya, latar belakang (kayak skripsi aje kali :D) kenapa sih kita bertiga buat kisah ini, karena kak dina switi alias Ny. Zulqarnain itu loh yang penasaran kenapa persahabatan alias ukhuwah kita masih langgeng sampai sekarang (insyaAllah sampai ke Syurga), aamiin...

    Eitss, tapi tunggu dulu masih ingetkan kita bertiga siapa aja. Ya benar, saya dipilih menjadi yang pertama dalam persaudaraan lebah ini. Terus lebah kedua si gadis ombo batu, Rahmi Fitri Laoli, dan lebah ketiga si gadis kelahiran Wonogiri, Sri Lestari Zhaw. Masih ingat jugakan kenapa saya menjadi lebah pertama, rahmi menjadi lebah kedua, dan si bungsu zhaw menjadi lebah ketiga? Siip deh kalau gitu :D.

    Cerita ini dimulai dari lebah kedua, kemudian lebah ketiga. Dan selanjutnya saya. Baiklah saya akan menceritakan pertemuan pertama kami.

    Pertama kali bertemu dengan lebah kedua..
    Ingatan pertama kali bertemu dengan rahmi ketika semester pertama, saya melihatnya setelah selesai mata kuliah (apa gitu saya uda lupa). kala itu rahmi berteman dekat dengan sri erlina. Kesan pertama saya saat itu rahmi terlihat tidak banyak bicara. Saat saya ingin berbicara padanya dia hanya fokus dengan Sri Erlina. Jadinya saya urung untuk mengajaknya ngobrol. Masih inget gak mi’.. :D

    Kemudian seperti yang rahmi ceritakan sebelumnya, kami satu kelompok tugas mata kuliah ke rumah sakit adam malik. Itu pertama kali interaksi kami yang dekat. Pada saat itu, saya masih merasa asing dengan Rahmi. mungkin, karena saya dan rahmi orangnya agak pendiam gitu sih.. :D
    Itu sekilas pertemuan pertama saya dengan kedua lebah. Kami memutuskan untuk memilih minat yang sama, yaitu Kesehatan Lingkungan. Itu cikal bakal kenapa kami bisa menjadi dekat seperti ini. Dengan kekuatan cahaya iman, kami menggabungkannya menjadi penerang jalan-jalan kami.
    ***

    Sepertinya, ingatan pertama saya dengan lebah ketiga berbeda dengan lebah ketiga sendiri :D. Saya tidak ingat sama sekali pertemuan yang diceritakan lebah ketiga, hehe :D ketika membaca kisahnya saya guling2 terbahak2 ditempat tidur.. Ups :D
    Pertama sekali yang saya ingat pertemuan dengan lebah ketiga ketika...
    Saat itu saya mencari tempat duduk untuk mengikuti satu mata kuliah masa-masa pertama kuliah. Lebah ketiga duduk bersama temen-temen yang dekat dengannya terlebih dahulu. Yang paling saya ingat dulu ada Meli dan Via. Sayapun meminta izin duduk di samping mereka. Saya berkenalan dengan mereka. Beberapa hari selanjutnya kami semua menjadi akrab. Seperti yang lebah kedua ceritakan, kami membuat geng Khadijah.


    Oh iya sedikit cerita tentang geng khadijah. Geng ini terdiri dari delapan orang yaitu, saya, sri, meli, via, ulia, linda, nisa, dan dhani. Tujuan dibentuknya geng ini sebernarnya untuk mendirikan sebuah usaha, makanya kami beri nama khadijah. Khadijah binti Khuwailid Radhiyallahu’anha adalah Istri Rasulullah yang merupakan wanita terhormat sekaligus wanita pengusaha sukses pada zamannya. Tapi, geng ini belum sesukses ibunda Khadijah yang usahanya berkembang pesat. Usaha kami mandek ditengah jalan, mungkin karena kesibukan kuliah. Alhamdulillah, geng ini tetap eksis. Kami masih sering kumpul bareng, buka puasa bareng, mabit, dan yang paling seru, di akhir semester kami main bola kasti. Saya masih ingat, kami membeli pukulan bola kasti. Di pukulan itu tertulis “khadijah”. Tapi sayang, pukulan itu sekarang sudah tidak terlihat lagi jejaknya. :’(

    Ditulisan rahmi sebelumnya tentang geng khadijah, saya selaku ketua geng (Ceilee) memohon maaf kalau perlakuan kami kelihatan gimana gitu ya, terutama saya.. maklum masih labil saat itu... :D

    Baik kita lanjut tentang lebah ketiga..
    Saya lebih dekat dengan lebih ketiga dari teman-teman di geng khadijah lainnya. Saya merasa lebah ketiga orangnya cerdas dan humoris dan ada keinginan menjadi lebih baik (jangan terlalu GR ya :D). Mungkin itu yang membuat ketertarikan saya untuk lebih dekat dengan lebah ketiga. Lebah ketiga juga banyak menemani saya kemana-mana. Hal itu sudah terlihat dari persahabatan kami di awal-awal. Saya masih ingat sekali lebah ketiga menemani saya mencari lembaga privat “Smart Club” (masih ingat tak? :D). Lembaga ini adalah lembaga less privat yang mencari guru-guru privat dari kalangan mahasiswa. Saya ingin mencari pengalaman dan berharap bisa mandiri sehingga ketika ada kesempatan ini saya langsung mengikutinya. Nah, lebah ketiga adalah orang yang pada saat itu mau menemani saya mencari kantor lembaga itu. Kami sebagai penghuni baru kota Medan sangat berani mencari alamat dengan modal alamat yang tertera di brosur. Akhirnya, setelah berjalan kesana kemari, kami menemukannya. Alhamdulillah :D.

    Seperti yang lebah ketiga bilang, kami sudah sekufu sejak pertama. Satu kelompok lingkaran, satu kelas, satu peminatan, pake jilbab syar’i barengan, de el el. Kemudian, kami ikut lembaga dakwah fakultas dan kampus bareng, ikut kegiatan wirausaha kampus bareng. Sampai akhirnya saya merasa kalau bakalan di JOGJA bareng juga.
    ***

    Berjalannya waktu, bergulir pula waktu kuliah kami. Semester demi semester telah berlalu. Cahaya-cahaya mushala FKMpun memancar ke hati-hati mahasiswa yang akan mendapat sibghatallah (celupan ilahi). Alhamdulillah saya dan dua lebah lain terkena pancaran itu. Tetapi rahmi terlebih dahulu yang berusaha memasuki islam secara keseluruhan. Pada saat tingkat II kuliah, ada penerimaan menjadi kakak mentoring, sementara saya belum merasa pantas untuk menjadi kakak mentoring. Namun, selanjutnya saya tahu bahwa berbagi tidak mesti mempunyai banyak ilmu, terpenting adalah sedikit ilmu yang bisa diberi dan terus menerus untuk mau berubah dalam kebaikan, karena dengan berbagi maka ilmu itu akan sendirinya bertambah untuk sipemberi.

    Menjelang semester 6 kami bertiga berkunjung ke rumah saya di Batubara. Lebah ketiga ingin melihat pantai. Pastinya, jika dibandingkan dengan pantai kampung lebah kedua, pasti jauh banget, pantai di Nias jauh lebih indah. Tapi, terlalu jauh bagi kita untuk kesana. Akhirnya sebelum masuk kuliah semester 6 kita refreshing ke pantai dekat rumah saya, kemudian dilanjutkan ke kompleks perumahan Tanjung Gading (ada danau buatan yang bagus banget). Dua sepupu saya, bang arif sebagai supir dan kak yuni ikut menemani.

    ***

    Masuk semester 6, kamipun memasuki masa-masa peminatan, kesehatan lingkungan. Saat ini kami semakin dekat. Dari geng khadijah lain yang masuk kesling hanya meli. Keakraban geng khadijah tidak seintens dulu. Saya dan lebah ketiga seakan-akan menjauh. Insyaallah tidak menjauh, mudah-mudahan itu hanya karena beda peminatan dan kegiatan lainnya yang kami berbeda dengan anak-anak geng khadijah. Tapi pada saat itu, meli tetap kompak banget dengan linda, meli, dan ulia. Sementara saya dan lebah ketiga semakin dekat dengan lebah kedua.

    Peminatan yang sama mendekatkan kami bertiga. Disamping itu kami juga mengikuti LDF dan LDK bareng. Tapi, diantara kita bertiga, mereka berdua adalah seorang aktivis yang keren. Seperti yang sudah lebah ketiga kisahkan, Sejak 2011 mereka menjadi ketua dan sekretaris umum UKMI FKM USU. Pada awalnya saya diamanahi sebagai ketua bidang Humas. Tetapi, lagi-lagi, mereka sangat keren jauh dibandingkan dengan saya. Maaf, kala itu, jikalau saya kurang amanah ya ukhtifillah :(.

    Memasuki semester 7, saat-saat dimana kami ke lapangan. Pertama Praktek Belajar Lapangan (PBL) dan kedua Latihan Kerja Praktek (LKP). Alhamdulillah, kami ditempatkan 1 kecamatan, kecamatan secanggang. Tetapi, saya dan kedua lebah lainnya ditempatkan di desa yang berbeda. Saya ditempatkan di Desa Kebun Kelapa sementara kedua lebah lain ditempatkan di desa lain yang sama. Semasa PBL, walau jarang bersama karena berada dimasing-masing pos, kami sesekali pulang dan pergi bareng secanggang-medan karena tiap sabtu minggu kami balik ke Medan.

    Pada saat LKP, kami ditempatkan di tempat yang berbeda-beda. Saya di PDAM Tirtanadi, Rahmi di Pengolahann Limbah Cair Tirtanadi, dan Sri yang paling jauh di Kantor Kesehatan Pelabuhan Belawan. Saat-saat ini kami masih sering bareng karena tidak terlalu jauh dari kos-kosan dan walaupun sri harus sejam lebih di angkot perjalan ke Belawan, dia tetap pulang balik kos dalam satu hari. Hebat lebah ketiga :D

    Memasuki semester delapan, saat dimana masa tersebut adalah masa-masa emas keskripsian kami bertiga. Galau judul. Galau teman-teman uda ada yang seminar proposal. Dan galau-galau yang lain mungkin menghinggapi kami bertiga. Berbarengan dengan berlalunya waktu, kepengurusan UKM FKM yang dipimpin oleh lebah kedua direshufle. Pada saat itu, dengan sekretaris tetap, saya diamanahi menjadi Bendahara Umum. Inilah yang menjadikan kami semakin terlihat menjadi 3 gadis manis yang kompak :D. Kami dijuluki dengan “TrioUm”. Kalau seingat saya, pertama sekali julukan ini diberi oleh Oos alias Sovia aja alias Sovia (iya, namanya hanya terdiri dari lima huruf yang membentuk satu kata yaitu Sovia :D).

    Sekitar pertengahan tahun 2012, Kami memutuskan untuk mengontrak rumah bareng agar semangat bersama-sama untuk mengerjakan skripsi dan lainnya selalu ada. Awalnya yang yang menempati rumah kontrak saya dan lebah kedua beserta sepupunya teman yang sedang bimbingan belajar di Medan. Kemudian setelah kami semester 9 (duh malu ‘_’, tapi semoga masa-masa yang lebih tersebut di kampus, tidak sia-sia, melainkan menjadikan kami semakin matang,, aamiin :) ), lebah ketiga dan beberapa temen di geng khadijah (Meli, Linda, dan Ulia) menghuni kontrakan kami. Tidak lupa juga, Kak Gema dan kak Inun juga menjadi penghuni, serta Sovia yang sempat diceritakan di atas juga merupakan satu anggota rumah kontrakan kami. Wah rame banget ya.

    Duh, rasanya sedih dan senang kalau mengenang kisah-kisah di rumah kontrakan kami. Lagi-lagi, mungkin karena saya salah satu penghuni pertama di Rumah Kontrakan, saya diangkat menjadi ketua. Di rumah tersebut kami membuat jadwal piket, piket masak, mencuci piring dan membersihkan rumah. Dan ada juga tausyiah minggu pagi yang beberapa kali kami laksanakan. Dan tak lupa pula, ada les bahasa Arab di rumah kontrakan kami :D. Ustadzah lulusan Mesir, Ustadzah fadhilah yang alhamdulillah baru-baru saja menikah, menjadi pengajar kami. Beliau sangat baik sekali datang ke rumah kontrakan kami untuk mengajarkan bahasa Arab, bahasa Quran :’). Saya sangat berterimakasih sudah berbaik hati tiap selasa dan jumat malam mengajarkan kami bahasa Arab. Dan juga, Ustadzah Fadhilah telah mengajarkan saya Tahsin Qur’an. Semoga Ilmu yang diberikan ustadzah tetap mengalir dan menjadi pahala yang tiada putusnya. Tak ketinggalan, Kak dina switi (masih ingatkan siapa J) juga ikut les bahasa Arab di Rumah kami.

    Kalau teringat masak-memasak, kala itu kami makannya dijatah, terkadang orang yang makan terakhir hanya tersisa sedikit saja. Hiks.. tapi walaupun demikian, kita membuktikan bahwa kita bisa menikmati hidup dengan sederhana dan saling berbagi (walau.. seperti itu, terkadang yang terakhir hanya tersisa sedikit lauk dan kehabisan sayur :D).

    Dan yang selalu diingat, kalau makanan sudah habis untuk sarapan, kita sering sekali membeli Mie balap. Baiklah saya akan memperkenalkan Mie Balap (Sarapan khas mahasiswa Medan, barangkali di luar Medan banyak yang tidak tahu :D). Mie balap itu adalah mie yang ditumis dan dimasak dengan dibolak-balik oleh sang koki secara cepat. Mie balap ada dua jenis yaitu mie balap dari bihun atau kwitiau. Jangan kira, makanan ini dijual di warung makan bahkan restoran, makanan ini di jual kaki lima pinggir jalan. Tapi rasanya itu enak banget, ngangeni. kalau ke Medan, Mie Balap insyaAllah saya beli :D.

    Lanjut tentang rumah kontrakan kami, banyak kegiatan yang terjadi di dalamnya. Banyak usaha-usaha yang kita jalani. Seperti yang sudah lebah kedua ceritakan, rumah kontrakan kami diberi dengan nama AnNahl (lebah) karena kak Inun menjual Madu. Madu, seperti yang kita ketahui, dihasilkan oleh lebah. AnNahl juga memiliki makna yang bagus, oleh karena itu kami pilih AnNahl menjadi nama rumah kontrakan Kami :D.

    Di Annahl, saya juga menjalani usaha, usaha coklat. Usaha coklat saya beri nama L’Chocolate. Fotografi dan toko onlinenya dipegang oleh lebah kedua dan tim kreatif ada lebah ketiga dan Oi. Sebenarnya, banyak yang bisa saya ceritakan tentang perjalanan usaha coklat ini. Semua penghuni rumah yang mempunyai waktu luang ikut terlibat membuat coklat. Waktu itu, Linda sangat telaten banget. Banyak coklat-coklat yang dihasilkannya setiap hari :D. Teman-teman yang mencetak coklat mendapatkan fee per kilogram coklat. Sampai-sampai, pada saat itu, Oos menyebut saya Nyonya. Kemudian teman-teman pada ikut-ikutan memanggil saya Nyonya. Hehe, ngerasa gimana gitu ya. Tapi, saat ini usaha coklat berhenti. Mudah-mudahan kedepannya bisa tetap lanjut. Aamiin.

    AnNahl atau yang artinya lebah akan berhubungan dengan kenapa kami menjadi 3 lebah. Kami memang terlihat kompak, mulai dari menjadi Trio Um, tinggal di satu kontrakan yang sama, dan sampai-sampai bulan kelahiran kamipun sama yaitu bulan april. Bulan April tahun 2013pun tiba. Saat itu, ada dua kakak yang baik hati yang memberi kami dua kue ulang tahun. Kak Nina dan kak Dina memberi kami kue ulang tahun di hari yang berbeda. Benar, 1 kue ulang tahun untuk kami bertiga, merangkap gitu :D. Alhamdulillah, bagaimanapun kami sangat-sangat bersyukur mempunyai kakak yang sangat baik memberikan rasa sayang kepada kami di setiap saat dan juga saat kami ulang tahun.

    Nah, di kue ulang tahun dari kak Dina, tertuliskan 3 Lebah, Winni, Rahmi, Sri. Inilah awalnya kenapa kami dipanggil 3 lebah. kalau urutannya, saya dipilih menjadi Lebah pertama, Rahmi Lebah kedua, dan Sri lebah ketiga karena, dari kami bertiga, saya lahir duluan diikuti Rahmi dan Sri. Kalau kata sri ada beberapa alasan lain. Masih ingatkan, mungkin bisa dibaca cerita lebah ketiga lagi ya :D.

    Alhamdulillah, walau kami bertiga berada di tempat-tempat yang berbeda sejak bulan Juni 2013, sampai sekarang kami masih berkomunikasi dengan baik. Mungkin ini yang membuat kak dina kala itu bertanya kenapa kami masih kompak. Jawabannya dari winni adalah selain banyak kesamaan yang telah kami miliki, karena sejak awal kami sudah diberi pancaran iman yang memberikan kami cahaya. Walaupun iman itu turun naik, mudah-mudahn iya takkan akan redup. Walau kadang kala diantara kami ada yang memiliki iman yang turun, yang lain tetap memberikan cahayanya.

    Harapan, terutama mengingatkan lebah pertama, kita harus tetap saling mendoakan. Walau diantara kita tidak ada yang tahu ada yang sedang berdoa untuk yang lain, tapi tetap lakukanlah. Karena itulah penghubung cahaya-cahaya kita.

    Salam Rindu Ukhtifillah
    1 Ramadhan 1435 H

    By : Winni RE Tumanggor
    Read More

    Puasa adalah Sarana, Taqwa Tujuannya




    "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa"
    (Al-Baqarah 183)

    Alhamdulillah wa syukurillah, semoga Allah memberikan pahala yang berlipat ganda kepada kita setelah kita menjalani ibadah puasa dan menghidupkan malamnya dengan menjalankan shalat tarawih berjama’ah dan tadarus seperti yang dijanjikanNYA dalam sabda rasulullah

    “Barangsiapa yang mendekatkan diri kepada Allah dengan kebaikan (amalan sunnah) akan dihitung seperti mengerjakan amalan wajib pada bulan yang lain. Barangsiapa yang mengerjakan amalan wajib akan dihitung seperti orang yang mengerjakan 70 amalan wajib pada bulan lainnya.”

    Apa kabar kawan? Puasa kan hari ini? J

    Ibadah puasa di bulan suci Ramadahan merupakan sarana bagi kita, umat islam untuk mencapai derajat takwa. Seyogyanya puasa adalah sarana dengan takwa sebagai tujuannya.

    Yuk, bersama-sama kita pahami pesan cinta dari Allah dalam surah Al-baqarah ayat 183 tentang puasa. Dalam ayat ini, Allah berfirman...

    “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa....”

    Mari, kita perluas pemahaman kita tentang ayat ini secara utuh dan menyeluruh. Bila kita hanya memahami ayat ini hanya sampai pada kalimat di atas maka yang terjadi adalah pemaknaan puasa sebagai sebuah kewajiban saja. Pemaknaan ini akan memunculkan sikap dan pernyataan “yang penting saya berpuasa penuh di bulan puasa.” Hal seperti inilah yang seolah-olah menjadikan puasa sebagai tujuan. Sehingga jika telah melaksanakan puasa selama sebulan penuh, segala kewajiban telah selesai.

    Padahal, seharusnya kita memaknai puasa sebagai sarana, sedangkan tujuannya adalah La ‘allakum tattaquun, agar menjadi hamba yang semakin bertakwa kepada Allah subhanahu wa ta’ala. 

    Puasa sebagai sarana untuk mencapai tujuan takwa telah dicontohkan oleh Rasulullah dan para sahabat. Setiap tahun mereka berpuasa dan setiap tahun pula ketakwaan mereka kepada Allah semakin bertambah dan meningkat dari tahun ke tahun. Setelah berpuasa, persaudaraan dan ikatan kasih sayang di antara mereka semakin kokoh dan kuat. Setelah berpuasa, mereka tinggalkan perbuatan-perbuatan yang diharamkan oleh Allah seperti ketika turunnya ayat khamar yang mengharamkan minuman keras, seketika itu juga kota Madinah digenangi lautan khamar karena berdrum-drum khamar ditumpahkan oleh kaum muslimin. Setelah berpuasa, khususnya para wanita berbondong-bondong memakai jilbab dan menutup aurat karena telah turun ayat tentang hijab. Seketika itu, kota Madinah menjadi lautan jilbab.

    Rasulullah dan para sahabat telah menjadi suri teladan yang baik kepada kita bagaimana menjadikan bulan Ramadhan sebagai bulan yang penuh makna, warna dan cita rasa penghambaan serta ketaatan kepada Allah. Rasulullah telah mengajari kita bagaimana menorehkan kenangan manis yang terlukis di bulan Ramadhan yang menjadi madrasah tarbiyah untuk memperbaiki diri menjadi lebih baik, menjadi lebih takwa dari tahun-tahun sebelumnya.

    Perintah puasa mulai diwajibkan Allah pada tahun 2 Hijriyah, sedangkan Rasulullah meninggal pada tahun 10 Hijriyah. Berarti hanya 8 kali Rasulullah SAW berjumpa dengan Ramadhan, dalam waktu yang sebentar itu Rasulullah dan para sahabat telah memaknai bulan Ramadhan sebaga bulan pembakar semangat mengamalkan nilai-nilai islam dan penghapus segala dosa. Sementara bila kita renungkan, sudah berapa kali selama hidup hingga sekarang kita bertemu dengan Ramadhan? Sudah seberapa jauhkah ibadah puasa yang kita laksanakan benar-benar melahirkan ketakwaan yang sebenarnya kepada Allah? 

    Karena sepanjang hidup kita berkali-kali bertemu dengan ramadhan dan setiap tahun kita melaksanakan ibadah puasa, seyogyanya semakin tahun ketakwaan kita kepada Allah semakin bertambah. Hal ini menandakan bahwa puasa berbekas pada perilaku dan akhlak takwa. Ibadah puasa yang kita laksanakan akan berbekas setelah ramadhan bila kita memulai membaca Al-qur’an dengan semangat dan mempelajarinya sedikit demi sedikit. Ibadah shalat kita akan berbekas setelah Ramadhan apabila kita mulai menjaga dan memelihara shalat fardhu apalagi ditambah dengan membiasakan shalat-shalat sunnah. Tanda bekasnya juga nampak dari kesadaran kita menerapkan nilai-nilai islam dalam kehidupan kita sehari-hari, seperti sedikit demi sedikit menjalankan pergaulan yang islami dan berpakaian yang islami. Jangan sampai ibadah yang telah kita mulai di bulan ramadhan lenyap begitu saja tanpa bekas setelah ramadhan meninggalkan kita.

    Semoga ibadah puasa kita tahun ini benar-benar dapat melahirkan ketakwaan yang lebih baik dan meningkat dari tahun-tahun sebelumnya, agar puasa kita tidak hanya sekedar menahan lapar dan dahaga...

    “Berapa banyak orang yang berpuasa, namun bagian dari puasa hanyalah lapar dan haus. Juga berapa banyak orang yang shalat namun bagian dari shalatnya hanyalah menghabiskan waktu malamnya saja.” (HR. Ahmad)

    Dan semoga setelah ramadhan kita mendapat keampunan dan gelar La ‘allakum tattaquun dari Allah subhanahu wa ta’ala. Aamiin.


    Bulan Ramadhan adalah bulan me-loundry dosa dan meraup untung pahala ^_^
    Selamat menunaikan ibadah puasa 

    #Cahaya surga

    (Referensi : Buku 30 Pesan di Bulan Ramadhan ; Drs. M. Said, M. Hum)





    Read More

    Warna-warni Kehidupan Muslim di Pulau Ombo Batu





    Bismillahirrahmanrrahim..

    Assalamu'alaykum, apa kabar kawan? di pagi Ramadhan yang menyejukkan hati ini semoga berkucur nikmat dari Allah untuk kita semua.

    Bagaimana nuansa ramadhan di daerah kalian? saya ingin berbagi sedikit cerita tentang warna-warni kehidupan kami, umat muslim di pulau ombo batu alias Nusa Indah Andalan Sumatera (NIAS).

    Nias secara keseluruhan merupakan pulau yang dikelilingi laut dan  luas daratannya 3.495,40 Km² atau 4,88% dari luas wilayah Provinsi Sumatera Utara dan merupakan daerah gugusan pulau yang jumlahnya mencapai 132 pulau. Secara geografis, Nias terletak pada garis 0º12’-1º32’LU (Lintang Utara) dan 97º-98ºBT (Bujur Timur) dekat dengan garis khatulistiwa dengan batas-batas wilayah :

    Sebelah Utara : berbatasan dengan Pulau-pulau Banyak Provinsi Aceh
    Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Nias Selatan Sumut
    Sebelah Timur : berbatasan dengan Pulau Mursala, Tapanuli Tengah
    Sebelah Barat : berbatasan dengan Samudera Hindia.

    (kita tidak sedang belajar geografi, hanya ingin memaparkan bahwa pulau Nias adalah bagian dari Indonesia dan tentulah ada di peta...silahkan dicek. hehehe)

    Pulau Nias beriklim tropis dengan curah hujan yang cukup tinggi yaitu mencapai 2.927,6 mm pertahun sedangkan jumlah hari hujan setahun 200-250 hari atau 86 %. Itulah sebabnya saya mencintai hujan :) Bahkan dalam skripsi saya, hujan adalah solusi yang saya tawarkan sebagai sumber air bersih masyarakat dikarenakan di desa  tempat penelitian saya itu sulit mendapatkan air bersih sebagai sumber air minum. Tempat tinggal penduduk desa yang banyak tersebar di pesisir pantai, menjadikan mereka sulit mendapatkan air minum yang bersumber dari dalam tanah. Pasalnya, air dari dalam tanah berasa asin karena dekat dengan laut.

    Kondisi alam daratan Pulau Nias sebagian besar berbukit-bukit, terjal serta pegunungan. Akibat kondisi alam yang demikian mengakibatkan adanya 102 sungai-sungai kecil, sedang, atau besar ditemui hampir di seluruh kecamatan.


    Secara singkat, seperti itulah kondisi geografi pulau Nias. Jika ingin tahu lebih lanjut, silahkan datang kemari :D

    Pulau yang terkenal dengan keindahan pantainya ini, sekarang terdiri dari 4 kabupaten yakni kabupaten Nias, Nias Barat, Nias Utara, Nias Selatan dan Kota madya Gunungsitoli. Dan saat ini sedang digadang-dagang untuk menjadi Provinsi, berlepas diri dari Provinsi Sumatera Utara. Saya belum tahu pasti apakah hal ini nantinya akan memberi kemajuan bagi pulau Nias terutama bagi kami, penduduk muslim minoritas. 

    Asal usul masyarakat Nias baru-baru ini diketahui berasal dari Taiwan. Hal ini baru terungkap setelah seorang ahli genetika, Manis van Houven melakukan penelitan. Houven mengambil sampel DNA dari 900 warga Nias. Hasil pemeriksaan menunjukkan ada kedekatan ke titik akurat bahwa orang Nias sangat dominan mirip dengan genetika orang Taiwan. (Selengkapnya boleh lah di baca di sini Asal-Usul Orang Nias Berasal dari Taiwan)

    Bila dilihat secara fisik, hasil penelitian itu tidak mengherankan karena ciri khas orang nias itu berambut hitam, wajah berbentuk oval, berkulit putih, bermata sipit dan berpostur tubuh sedang. Tapi, kalau anda melihat saya barulah heran. hehehe. Karena saya sama sekali tidak mirip orang nias apa lagi orang taiwan. hehe. Padahal saya terlahir dari kedua ibu bapak yang bersuku nias asli tanpa blasteran suku manapun baik dari garis keturunan ayah maupun ibu. Saya malah lebih mirip orang jawa (haha, kata orang). Dan saya pun baru menyadarinya saat masuk kuliah, ketika dosen dan teman-teman saya melihat ada orang nias dengan ciri-ciri lain (haha). 

    Secara umum, mayoritas orang nias beragama Nasrani, sedangkan umat Islam tidak mencapai 10%. Agama islam pertama kali masuk di pulau ini disebarkan oleh saudagar dari Aceh dan Minang. Itulah sebabnya adat istiadat orang nias yang beragama islam dan beragama nasrani sedikit berbeda, karena adat istiadat muslim nias adalah perpaduan antara adat istiadat Aceh dan Minang. Oh ya, di Nias ada sebuah gua bernama tegi ndrawa. Ini adalah nama salah satu gua yang terletak di Gunung Sitoli. Menurut info yang beredar, tegi ndrawa ini disebut-sebut sebagai guanya orang Islam di pulau Nias. Tegi itu artinya gua, dan ndrawa adalah sebutan untuk orang Islam. Cerita singkatnya sewaktu pertama kali orang Islam datang ke pulau Nias, di gua tersebutlah mereka tinggal. Jadi gua tersebut semacam rumah bagi mereka. Mereka tidur dan melakukan berbagai kegiatan sehari-hari di gua tersebut. Dari gua tersebutlah ajaran agama Islam menyebar di pulau Nias. Wallahu a'lam bishwab.

    Nah, meskipun kami hidup di pulau yang mayoritas penduduknya Nasrani, kami hidup rukun dan damai. Belum pernah terjadi pertikaian antar agama di pulau ini walau upaya *******sasi itu tetap ada, Allah juga sudah mewanit-wanti dalam Al-Qur'an :).

    Ada beberapa organisasi dan lembaga islam yang berkiprah di Nias seperti Dewan Da`wah Islamiyah Indonesia, Muhamadiyyah, Nahdatul Ulama, Pesantren Hidayatullah, Asia Muslim Charity Foundation, Al Azhar Peduli Indonesia, Al Wasliyah, Yayasan Peduli Muslim Nias (YPMN),  BKPRMI, HMI MPO, PMII, Pesantren Putri Ummi Kulsum, dan yang terbaru saat ini adalah PUSDAI Center (Pusat Dakwah Islam Nias) yang masih membuka cabang Pondok Pesantren untuk Putra dan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini).

    Kualitas pemahaman agama umat islam di pulau Nias masih jauh dari harapan. Hal ini dikarenakan kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung peningkatan pemahaman agama, dan juga masih minimnya jumlah Da'i yang memiliki ghiroh menyebarkan dakwah di pulau ini. Begitupun dengan organisasi islam yang ada terkesan mati suri.

    Namun, dengan berbagai tantangan yang ada justru harus dijadikan peluang untuk menggerakkan progresifitas dakwah, untuk menyadarkan dan memajukan umat Islam di pulau Nias.

    Yang terpenting sekarang adalah menguatkan diri sendiri, keluarga dan kawan-kawan kader dakwah yang ada di pulau Nias. Menghimpun semangat dan membangkitkan ghiroh dakwah kembali di Pulau Nias. Sehingga, dengan jumlah yang minoritas tetap berkualitas. Semoga ramadhan kali ini menjadi momentum munculnya ghiroh dakwah di pulau Nias.
    Doakan kami ya!!


    to be continued :D


    Read More

    Kusambut Engkau, dengan sepenuh cinta




    Marhaban Ya Syahra Ramadhan
    Marhaban Syahrasshiyam
    Biquduwmik yanhalirran
    ghaayatul husnul khitam


    Selamat datang wahai bulan Ramadhan
    Selamat datang wahai bulan puasa
    Dengan kedatanganmu, yang buram menjadi terang
    Husnul khatimah jualah yang menjadi tujuan



    Marhaban ya ramadhan...
    Sungguh anugerah terindah bagi kami atas hadirmu di tengah-tengah kami yang terbakar rindu.
    Hadirmu membasuh jiwa-jiwa kami yang kering,
    Hadirmu memberi kesempatan bagi kami untuk mendapatkan kasih sayang, ampunan dan jaminan terbebas dari api neraka.
    Terbebas dari api neraka berarti kepastian menjadi penghuni surga. Tiada yang lebih bahagia kelak di negeri akhirat kecuali orang-orang yang telah tervonis bebas dari siksa api neraka.

    Ramadhan,
    izinkanlah kami menyambut hadirmu dengan hati gembira, karena tiada sikap yang lebih terpuji dalam menyambutmu selain dengan senang hati dan kerinduan jiwa untuk beramal ibadah.
    maka izinkanlah kami menyambutmu dengan penuh ghirah agar kami kelak dikumpulkan di dalam surga ar-Rayyan yang diperuntukkan Allah bagi umat yang menjalankan puasa dengan baik.
    maka izinkanlah kami menyambutmu dengan penuh bahagia agar kelak kami mendapatkan berkah yang berlimpah ruah yang telah diijanjikan Tuhan di setiap kali engkau hadir untuk kami.
    maka izinkanlah kami menyambutmu dengan seraya membangun ketaqwaan pada Illahi agar cinta kita tahun lalu menjadi lebih indah di tahun ini.

    Selamat datang ramadhan,
    Kusambut engkau dengan sepenuh cinta... :*

    Cahaya Surga


    Read More

    Menunggu Jemputan




    Gadis itu. Seperti biasa. Sejak sepuluh tahun lalu. Selalu duduk entah menunggu siapa di gerbang sekolahku. Ahh, maksudku, gerbang sekolahku dan dia.

    Gadis itu. Sejak sepuluh tahun lalu, tepatnya saat aku masih duduk di kelas dua sekolah dasar, ia siswa baru kala itu. Sejak pertama kali ia masuk dari gerbang sekolah, sejak itulah ia selalu duduk di sana, sepulang sekolah. Dan sejak itu pula aku memandangnya dari kejauhan.

    Gadis itu. Aku tak tahu siapa namanya. Padahal sejak SD kami bersekolah di sekolah yang sama. Dan tanpa kusangka hingga aku SMA, kami selalu bersekolah di sekolah yang sama. Suatu kebetulan? Mungkin.

    Gadis itu. ahh, mengapa akhir-akhir ini gadis itu mengganggu pikiranku. Padahal sejak sepuluh tahun lalu, dia hanyalah gadis tanpa nama yang kukenal di gerbang sekolah.

    Aku tak pernah berusaha bertanya atau mencari tahu siapa dia, siapa namanya dan siapa yang ia tunggu setiap kali pulang sekolah. Aku tak pernah tahu.

    Yang sepintas ku tahu adalah, sejak sepuluh tahun lalu, setiap kali ia duduk menunggu di gerbang sekolah, ia selalu menggenggam sebuah boneka lucu berwarna pink. Boneka itulah yang selalu menemaninya duduk menunggu.

    Namun, sejak SMP, aku tak pernah lagi melihat boneka itu di tangannya. Sekarang sudah berganti dengan buku-buku pelajaran. Buku-buku itu yang mengisi waktunya kala duduk menunggu. Menunggu sesuatu atau seseorang? Aku tak pernah tahu.

    Beberapa teman lelaki yang membawa sepeda motor menawarkan diri untuk mengantarkannya pulang. Tapi ia selalu menolak dengan halus. Dan kembali asyik membaca bukunya. Aku pun tak pernah tahu apa alasannya menolak.

    Gadis itu. Selalu duduk menunggu. Bahkan hingga kami duduk di bangku SMA. Gadis itu, sungguh setia menunggu. Pernah kulihat dia sedang asyik membaca sebuah buku kecil.. ah tidak. Itu bukan buku, itu al-Qur'an ukuran saku. Ia sedang khusyuk membacanya.

    Dan masih saja ia menolak niat teman-teman lelaki yang kali ini membawa mobil mewah mereka untuk mengantarkan si gadis tanpa nama itu pulang.

    Ah, aku sudah gila. Untuk apa aku memperhatikan gadis itu hingga sepuluh tahun lamanya? Bahkan tanpa tahu siapa namanya.

    Tahun ini, aku melanjutkan pendidikanku di luar kota. Bagaimana dengan gadis tanpa nama itu ya? Apa ia akan selalu menunggu? Apa dia akan satu fakultas denganku? atau setidaknya satu universitas. Aku tersenyum. Dan kemudian mengutuk diriku. Sebuah harapan yang kosong!
    Sejak itu aku tak berani berharap, pada dia si gadis tanpa nama yang selalu setia menunggu di gerbang sekolahku.

    Kini, aku sibuk dengan kuliahku. Dan hampir tak ada waktu untuk sekedar menoleh ke gerbang kampus. Selain jadwal datang dan perginya mahasiswa tidak seperti jadwal masuk sekolahnya anak sekolahan, aku merasa tak mungkin gadis tanpa nama itu ada di kota ini. Apalagi satu universitas denganku. Bilapun mungkin, aku akan menyesali letak gerbang kampus yang jauh dari fakultasku. Mungkin saja, saat ini dia sedang asyik membaca al-Qur'an kecilnya di gerbang kampus.
    Ahhh, tak mungkinlah! Tak mungkin kebetulan-kebetulan itu terulang berkali-kali.

    Hingga suatu hari, ketika aku harus bertemu seorang teman di sebuah fakultas. Ia masih di kelas. Aku duduk menunggunya di tangga dekat mushola fakultas itu. Dan... sekelebat sosok gadis itu muncul menyusuri lorong kelas, samar-samar kulihat ia memakai baju biru dengan jilbabnya yang menjuntai panjang dan kemudian menghilang. Apa itu dia? Atau mungkin aku salah lihat?

    Ahh, aku ingin sekali bertanya pada temanku, apa dia melihat seorang gadis memakai baju biru dengan jilbab lebar hari ini? Siapa dia? Apakah dia gadis tanpa nama itu?
    Ahh, tidak mungkin temanku mengenal gadis itu. Ada begitu banyak mahasiswa di fakultas ini. Angkatan baru saja hampir ribuan orang. Bagaimana bisa temanku itu mengenalnya? Betapa bodohnya, aku!
    Pun, bila temanku mengenalnya, aku akan berbuat apa? Apa aku harus mengatakan bahwa aku adalah seorang pria yang mengamati dia sejak sepuluh tahun lalu? Ah, itu sama saja mempermalukan diriku sendiri.

    Empat belas tahun sudah. Dan kini aku tersenyum. Tak perlu bersusah payah untuk tahu siapa gadis itu. Namanya telah tertulis dalam sebuah surat undangan berwarna biru laut yang kuterima siang ini. Dengan tinta emas tertulis namanya "Walimatul 'Ursy Rani Akbar dan Arief Rasyid." Namanya bersanding dengan nama seorang pria tampan. Namaku. :)

    Aku tak perlu lagi bertanya-tanya dalam hatiku tentang siapa dia, siapa namanya dan apa yang dia tunggu selama sepuluh tahun yang lalu. Aku tinggal bertanya langsung padanya.

    Dan kau tahu apa jawabannya atas tanyaku selama ini?

    Sepuluh tahun lalu, yang membuatnya setia menunggu di gerbang sekolah adalah ayahnya. Menunggu ayahnya menjemputnya.

    Mengapa ia menolak diantar pulang oleh teman lelaki?

    Karena ia tak mau duduk diboncengan seorang lelakipun selain ayah dan suaminya kelak :)

    Dan kau tahu, apa yang dilakukannya pada sisa waktu empat tahun itu?

    Dia sedang menunggu calon suaminya menjemputnya. Dan itu aku! :)

    Oh, sungguh dia gadis yang setia menunggu sembari menjaga diri dan menata hati :)



    Cahaya Surga, 26.06.2014



    Read More

    Sendu yang Bertemu Rindu




    Aku terpaku menatap langit yang merona kelabu

    Sang bayu berdesir melantunkan irama sendu
    Hatiku tergugu dijamah rindu
    Tersedu-sedu ia, merindu.

    Diriku hanya keseorangan memaknai sendu yang bertemu rindu
    Sementara sang bayu terus saja melantunkan lagu rindu.

    Tuhan, peluk hatiku
    agar qalbu ini tak lagi merayu pada biru yang mengharu.
    Sebab langit tak selamanya kelabu.

    Tuhan peluk jiwaku
    agar tertunduk malu saat sujud menghadap kepadaMu
    Sebab Engkau tak pernah tinggalkan diriku yang tersedu-sedu merindu

    PadaMu, kuserahkan
    sendu yang bertemu rindu.

    Nias, 23 Sya'ban 1435H

    Read More