Lebah Gelombang Ke-3 (Macam judul buku kan?); Trilogi 3 Lebah




Alhamdulillah, tulisan 3 LEBAH kembali hadir yang kali ini dirangkai dan dibingkai oleh lebah ke-3 di bumi Kampar, Riau, Rincan Zhaw :)

Baca  Trilogi 3 Lebah secara utuh biar dapet alur ceritanya.. Ok? :D




3 Lebah (versi lebah ke-3)

Dahulu kala, (hampir 6 tahun yang lalu tepatnya), ketika saya menginjakkan kaki untuk pertama kali di Fakultas Kesehatan Masyarakat itu, saya tak pernah menyangka sama sekali tak pernah menyangka, akan tersesat terlalu jauh hingga tak tau jalan pulang (#eh) di jalan yang, kalo kita ngambil bahasanya Rahmi sang lebah ke-2 yang fenomenal cetar membahana badai kalo bikin tulisan itu, jalan yang penuh cahaya ini. Tapi percaya tak percaya ini adalah kesesatan yang menyenangkan, sesat membawa nikmat lah kalo boleh di bilang, haha... Kalo tak percaya, cobalah jalan ini, pasti mau tersesat juga, lama-lama disini, sampe akhir hayat malah!!! 

Dan hal itu menjadi modal yang cukup untuk saya, sehingga walau seperti apapun kehidupan Pasca kampus yang saya alami sekarang ini, tak pernah ada sesal yang mencuat untuk dilihat, karena dunia kampus FKM itu telah menghantarkan saya ke depan pintu gerbang kemerdekaan saya. Yang kalo saya masuk FE seperti ingin saya waktu itu, mungkin tak beginilah jadinya, syukur yang tak terhingga kepada Allah ta’ala, yang telah menggariskannya dengan begitu indah dan ciamik, dan karena di FKM jualah segalanya bermula, pertemuan dengan insan muda belia perkasa yang kali ini akan menjadi fokus pembicaraan kita, si 3 lebah alias trio um.

Berikut saya sajikan reka adegan perjumpaan kami yang begitu dramatis, yang kalo di film-in jauuuhlaaah sama Laskar Pelangi, iya jauh karena, Laskar Pelangi di Belitong kami di Medan, 2 hari 3 malemlah kalo naik bus... #nahloh...

Baik saya akan jelaskan bagaimana alur perjumpaan saya dengan kakak lebah 1 dulu ya, jadi begini ceritanya, kala itu sepulang orientasi MABA, namanya PMB dulu, ha... Biasalah tu kan kalo MABA, biar banyak kawan, agak2 mepet-mepet sesama MABA untuk sekedar sapa, tanya nama, tanya nomor HP dan sebagainya dan sebagainya kan, kala itu saya udah punya temen yang sekaligus sahabat pertama di FKM, namanya Melly (kenal kan?), dan dari kejauhan entah mengapalah, mata saya menangkap sesosok gadis berbaju oranye dan bercelana petak-petak, celana petak-petak yang begitu eye catching (Winni masik inget ga?), pake tas coklat, nyebrang. Naah, dikarenakan di Medan mobilnya (red : arus lalu lintas) lebih ramai daripada di Kabanjahe, saya pun ngekorin gadis berbaju oranye itu untuk nyebrang (ngikutin pesan emak, kalo nyebrang hati-hati ya Naak...), hehe, dia jago nyebrang ternyata, trus pas naik angkot ternyata angkot yang kami tumpangi sama sodara-sodara (waaaah, saya terkejuut) haha... Ya sudah, dengan agak malu malu tapi mau, kalo ga salah saya nanyain deh nama si gadis berbaju oranye bercelana petak-petak itu, yang di kemudian hari ternyata Allah takdirkan jadi kaka lebah pertama saya, Winni Ramadhani Elistria Tumanggor, itulah awal perjumpaan dengan Wince sang pelopor kemerdekaan #eh salah, sang Nyonya L-Chocolatte. Dan kemudian kami mengalir begitu saja, menjadi begitu dekat, lekat, erat, seerat perangkoooh, hehe... pokoknya akrablah, sulit terjabarlah dengan kata-kata, pokoknya Kaka Winni ini telah banyak mengajarkan ilmu berharga kepada saya yang masih muda belia kala itu, misalnya : ilmu menyetir motor, dialah guru setir motor yang ngajarin saya ngebut #eh, ilmu berdagang, ilmu move-on, ilmu mencoba hal-hal baru, ilmu biostatistika, ilmu bela diri, ilmu nyubit supersakit #eh dan banyak ilmu lain yang tak bisa dijabarkan secara nyata dan tajam setajam silet haha... Seperti itulah, kakaaa lebah pertama saya yang luar biasa. Dan kami banyak menjalani suka duka hidup bersama di kampus, bikin usaha bareng, kena marah sama tim penilai SEC bareng, tak terhitung jumlah tugas kelompok yang dikerjain bareng, menggila bareng, dan akhirnya hijrah ke jalan penuh cahaya (culik bahasa Rahmi) ini pun bareng, intinya kalo sama kaka Winni ini, sering se-kufu lah sayanya... 

Itu secuil kisah tentang lebah 1, kalo di jelasin semua, butuh waktu yang panjaaaaaaang sekali...

Baik mari kita beranjak kepada si tengah kami, lebah ke-2, Rahmi Fitri Laoli, gadis ombo batu dari Pulau Nias. Saya tak mengingat secara jelas, bagaimana kami menjadi dekat seperti saat ini. Yang jelas di kelas kaka Rahmi ini pendiam sangat, membuat saya tak kenal (soalnya saya dulu ribut sangat, haha). Dia kalem, santai, cool, tak banyak bicara, tipikal-tipikal gadis Nias lah (haha sok tau) (tapi itu dulu lo, dulu, sekarang dah lain pasal). Dulu dia dekat dengan Sri juga, tapi bukan saya bukan saya, itu Sri yang kecil imut lucu dan jago masak, Sri Erlina. 

Yang saya ingat, kami dekat semenjak memutuskan memasuki peminatan yang sama, dan Allah takdirkan dia menggantikan saya mengemban amanah menjadi sekretaris departemen komunikasi dakwah dimana saya menjadi stafnya, nah disanalah kami banyak bertukar pandang, berdiskusi, bercanda, tertawa, menangis, bersamalah, bergosip #eh, lalu Allah takdirkan lagi dia menjadi sekretaris umum dimana saya menjadi ketua umumnya, kami acap berada dalam posisi harus saling mentsiqoh-ditsiqohi seperti itu, kaka Rahmi juga banyak mengajarkan ilmu kepada saya, ilmu gombal #eh, ilmu administratif (meski saya gagal terus), ilmu me-manajemen waktu (ini juga saya gagal terus), ilmu kasih sayang sesuai namanya Rahmi (penyayang), dia ni penyayang sangat, jadi saya banyak men-JIMOD (jiplakmodifikasi) darinya, misalnya tentang bagaimana dia memperlakukan mad’u-mad’unya. Rahmi terkenal sebagai kakak yang romantis, #eh, dia pernah dapat surat cinta romantis dari adik menteenya soalnya. 

Tak seperti yang tampak diluar, bahwa kami selalu semangat, kreatif dan kompak (pinjam jargon organisasi kawan) seperti yang sudah Rahmi bilang dalam tulisannya, kami pernah sering kali tak sependapat, lempar-lemparan es sering terjadi, kedinginan interaksi pun tak bisa dihindari, tapi begitulah karena ukhuwah bukanlah sesuatu yang harus diperjuangkan karena Ia hanyalah buah dari iman, acapkali setelah proses es-esan kami menyadari bahwa memang iman kami yang sedang merombeng, itu jua yang membuat membaik kembali, karena mereka selalu ada untuk mengingatkan dalam kesabaran dan kebenaran. Semoga proses ini berlanjut hingga akhir hayat hingga tapak kaki kami menjejak surga-Nya Allah yang indah tak terperi. 

Begitulah, menapak tilas perjalanan kami bersama selama beberapa tahun terakhir, saya si lebah ke-3, acap kali menjadi gelombang yang ke-3 dalam banyak hal, sebut saja, dalam usaha meraih gelar SKM kami, di awali oleh kakak lebah pertama, kemudian kakak lebah kedua, baru kemudian saya. Begitupun dengan kepemilikan SIM, Winni melaju keencang memiliki SIM terlebih dahulu di banding kami-kami adiknya yang karena itu seringkali nekat membawa sepeda motor tanpa si SIM C itu, hingga akhirnya di penghujung usia kampus berujung tilang dari pak POLISI yang garang. Lalu kemudian Rahmi yang tanpa dinyana tanpa di duga, selepas kembali dari tanah ombo batunya selepas bergelar SKM, dia nyengir kuda menunjukkan SIM C nyaa, haha, dan jadilah semenjak itu dia aktif membonceng saya kemana-mana. Baru kemudian saya memiliki SIM C setelah tak menjejak dunia kampus lagi. 

Sampai-sampai sering nalar nakal saya berfikir yang tidak tidak, kalaupun akhirnya saya menjadi si gelombang yang ke-3 dalam memperoleh SIM dan SKM dalam akronim yang diselewengkan, surat izin menikah dan surat keterangan menikah, dimana Winni memperoleh SIM dan SKM di urutan pertama dan Rahmi berikutnya tak apa, jadi saya bisa hadir di keduanya saat masih dalam keadaan Single kemudian mereka hadir di tempat saya dalam keadaan Double, jadi kan di potonya nanti Cantik, hahahah... (yang ini abaikan saja yaaaa).

Begitulah, cerita kami, dalam versi si gelombang ke-3.... nantikan versi kakak lebah pertama yang tentu saja akan fenomenal dan membadai. :D 


By : Sri Lestari Zhaw

No comments on "Lebah Gelombang Ke-3 (Macam judul buku kan?); Trilogi 3 Lebah"

Leave a Reply

Terimakasih telah membaca, semoga bermanfaat dan menginspirasi. Silahkan tinggalkan jejak anda di sini :D